Nostalgia Berbalut Nuansa Etnik di Ijen Summer Jazz 2016
A
A
A
JAKARTA - Penyanyi jazz legendaris, Ermy Kullit dan Djaduk Ferianto, sukses menghadirkan kemeriahan serta nostalgia di Ijen Summer Jazz yang digelar di panggung terbuka (amphitheater) Jiwa Jawa Resort, Desa Taman Sari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Ijen Summer Jazz merupakan rangkaian dari tiga pergelaran yang akan diadakan pada 30 Juli, 10 September, dan 22 Oktober 2016 untuk mengakomodasi pencinta jazz di Banyuwangi dan Indonesia pada umumnya. Panggung dengan tata suara dan tata cahaya sederhana begitu indah karena berlatar pemandangan volkano Ijen yang menawan.
Belum lagi pemandangan keindahan empat gunung sekaligus; Merapi, Raung, Ranti, dan Suket, semakin menambah eksotis Ijen Jazz Summer . Aksi panggung legenda jazz Indonesia, Ermy Kullit, bisa dikatakan menjadi klimaks perhelatan Ijen Summer Jazz . Bersama band pengiringnya yang digawangi personel seperti Nyong Anggoman (keyboard), Thamrin (bass), dan Fachri (drum) sukses mengajak penonton bernostalgia dengan tembang-tembang lawasnya yang tidak lekang oleh waktu.
Penyanyi Jazz senior Tanah Air, Ermy Kullit, tampil malam itu mengenakan balutan busana dress panjang serbahitam. Ermy membuka penampilannya dengan lagu You Are a Friend of Mine , dilanjutkan dengan I Knew I Loved You . “Bangga banget bisa berada di Banyuwangi. Ini pertama kali tampil di sini dan beberapa minggu lalu saya juga tampil di Bromo, jadi dalam beberapa minggu ini jadi orang gunung,” sapa wanita yang dijuluki Selena Jones Indonesia ini.
Kemudian secara berturut-turut Ermy Kullit membawakan lagu Sesal, Pasrah, Masih Ada yang dipopulerkan Dedhi Dukun dan Dian Pramana Putra 2D, disusul Dia, Tergoda, serta Tak Ingin Sendiri . Saat menyanyikan tembang Kau Yang Kusayang , Ermy Kullit sempat meminta agar penonton yang membawa pasangan menggandeng tangan pasangannya.
Sebelumnya di panggung yang didominasi warna biru tersebut, penampilan Kua Etnika yang hadir dengan pesinden Silir Pujiwati sukses menghadirkan panggung full nuansa etnik. Mereka mengawali Ijen Summer Jazz dengan lagu rancak yang bertemakan Bali, yaitu Tresnaning Tiyang .
Band yang dibentuk tiga seniman, yakni Djaduk Ferianto, Butet Kertaredjasa, dan Purwanto, pada 1995 ini mampu mengolaborasikan musik modern dengan musik tradisional yang menambah kemeriahan gelaran jazz kaki Gunung Ijen tersebut. Pada awal pertunjukan, Djaduk Ferianto selaku leader Kua Etnika memuji masyarakat Banyuwangi yang dikenal sangat musikal.
“Saya ingat dulu kami terbentuk karena berangkat dari spirit musikalitas warga Banyuwangi yang hebat, di mana berbagai judul lagu banyak terinspirasi dari daerah ini, seperti Nirwana, saya ciptakan saat mengunjungi Bromo beberapa tahun lalu,” kata Djaduk sambil tertawa.
Penampilan Kua Etnika semakin memanas saat tampil satu panggung dengan grup musik asal Desa Kemiren, Banyuwangi, Pathok Laraswangi. Sigit Purnomo selaku inisiatorIjen Summer Jazz mengatakan, dalam setahun ada tiga kali pertunjukan musik jazz yang digelar di Jiwa Jawa Resort Licin yang berada di bawah kaki Gunung Ijen dengan ketinggian antara 425—650 mdpl.
Dia menjelaskan, yang membedakan dengan pertunjukan jazz alam lainnya adalah pada pertunjukan Ijen Summer Jazz ada kedekatan yang lebih intim antara musisi yang tampil dan penonton yang hadir.
Ijen Summer Jazz merupakan rangkaian dari tiga pergelaran yang akan diadakan pada 30 Juli, 10 September, dan 22 Oktober 2016 untuk mengakomodasi pencinta jazz di Banyuwangi dan Indonesia pada umumnya. Panggung dengan tata suara dan tata cahaya sederhana begitu indah karena berlatar pemandangan volkano Ijen yang menawan.
Belum lagi pemandangan keindahan empat gunung sekaligus; Merapi, Raung, Ranti, dan Suket, semakin menambah eksotis Ijen Jazz Summer . Aksi panggung legenda jazz Indonesia, Ermy Kullit, bisa dikatakan menjadi klimaks perhelatan Ijen Summer Jazz . Bersama band pengiringnya yang digawangi personel seperti Nyong Anggoman (keyboard), Thamrin (bass), dan Fachri (drum) sukses mengajak penonton bernostalgia dengan tembang-tembang lawasnya yang tidak lekang oleh waktu.
Penyanyi Jazz senior Tanah Air, Ermy Kullit, tampil malam itu mengenakan balutan busana dress panjang serbahitam. Ermy membuka penampilannya dengan lagu You Are a Friend of Mine , dilanjutkan dengan I Knew I Loved You . “Bangga banget bisa berada di Banyuwangi. Ini pertama kali tampil di sini dan beberapa minggu lalu saya juga tampil di Bromo, jadi dalam beberapa minggu ini jadi orang gunung,” sapa wanita yang dijuluki Selena Jones Indonesia ini.
Kemudian secara berturut-turut Ermy Kullit membawakan lagu Sesal, Pasrah, Masih Ada yang dipopulerkan Dedhi Dukun dan Dian Pramana Putra 2D, disusul Dia, Tergoda, serta Tak Ingin Sendiri . Saat menyanyikan tembang Kau Yang Kusayang , Ermy Kullit sempat meminta agar penonton yang membawa pasangan menggandeng tangan pasangannya.
Sebelumnya di panggung yang didominasi warna biru tersebut, penampilan Kua Etnika yang hadir dengan pesinden Silir Pujiwati sukses menghadirkan panggung full nuansa etnik. Mereka mengawali Ijen Summer Jazz dengan lagu rancak yang bertemakan Bali, yaitu Tresnaning Tiyang .
Band yang dibentuk tiga seniman, yakni Djaduk Ferianto, Butet Kertaredjasa, dan Purwanto, pada 1995 ini mampu mengolaborasikan musik modern dengan musik tradisional yang menambah kemeriahan gelaran jazz kaki Gunung Ijen tersebut. Pada awal pertunjukan, Djaduk Ferianto selaku leader Kua Etnika memuji masyarakat Banyuwangi yang dikenal sangat musikal.
“Saya ingat dulu kami terbentuk karena berangkat dari spirit musikalitas warga Banyuwangi yang hebat, di mana berbagai judul lagu banyak terinspirasi dari daerah ini, seperti Nirwana, saya ciptakan saat mengunjungi Bromo beberapa tahun lalu,” kata Djaduk sambil tertawa.
Penampilan Kua Etnika semakin memanas saat tampil satu panggung dengan grup musik asal Desa Kemiren, Banyuwangi, Pathok Laraswangi. Sigit Purnomo selaku inisiatorIjen Summer Jazz mengatakan, dalam setahun ada tiga kali pertunjukan musik jazz yang digelar di Jiwa Jawa Resort Licin yang berada di bawah kaki Gunung Ijen dengan ketinggian antara 425—650 mdpl.
Dia menjelaskan, yang membedakan dengan pertunjukan jazz alam lainnya adalah pada pertunjukan Ijen Summer Jazz ada kedekatan yang lebih intim antara musisi yang tampil dan penonton yang hadir.
(alv)